Jumat, 10 April 2015

Paper Dampak Ketegangan Korean Utara dan Korea Selatan



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Dalam politik Internasional (sistem internasional) seperti halnya dalam kehidupan sosial, senantiasa berkaitan dengan konflik dan kerjasama. Bahkan dalam lingkungan kita sendiri dengan teman-teman, antarkeluarga, terdapat muatan-muatan dan corak kompetisi (konflik) dan kerjasama seperti itu. Konflik masih dapat dihindari jika terdapat kontrol yang baik dalam interaksi tersebut.
            Dalam tataran sistem internasional, masih terdapat beberapa kesamaan dengan konflik yang terjadi dalam tataran kehidupan sosial. Namun dalam tataran sistem internasional, intensitas dan tingkat kecenderungan untuk menekankan pada unsur-unsur kompetitif semakin intensif. Intensif yang dimaksud dapat tercermin dalam bentuk-bentuk perang, perlombaan senjata (arms race), dan sebagainya.
            Konflik adalah hasil terjadinya persaingan yang terdapat dalam sistem internasional (hubungan-hubungan antarnegara-bangsa) yang dilandasi oleh konsep: ego-centrisme atau aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan negara dalam hubungannya dengan negara lain yang berasal dari perkembangan sistem negara-negara kebangsaan itu sendiri.[1]  
            Dalam kawasan Asia Timur, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan dapat dijadikan contoh bahwa dalam sistem internasional tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik sebagai hasil dari interaksi. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang didasari dari perbedaan ideologi antara keduanya membawa kedua negara ini terlibat dalam ketegangan. Terlebih dengan intervensi negara-negara lain untuk memenuhi kepentingannya semakin memperkeruh keadaan dan membuat kabur dasar masalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Ketegangan yang terjadi diantara kedua negara tersebut tentu saja berdampak ke kedua belah pihak dan ke anggota-anggota kawasan Asia timur lainnya. Dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana dinamika ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan berpengaruh pada kawasan Asia Timur.

1.2 Rumusan Masalah
·         Mengapa konflik Korea Utara dan Korea Selatan dapat terjadi ?
·         Bagaimana dampaknya pada kedua negara yang terlibat dan negara-negara anggota
      kawasan Asia Timur ?
·         Bagaimana bentuk-bentuk penyelesaian konflik tersebut ?

1.3 Tujuan
·         Memahami apa yang dimaksud dengan Konflik dalam interaksi internasional
·         Mengetahui konflik yang terjadi di kawasan Asia Timur yaitu konflik antara Korea Utara        dan Korea Selatan
·         Memahami dinamika konflik Korea Utara dan Korea Selatan dan pihak-pihak yang turut
campur tangan dalam konflik.



 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konflik

      Konflik adalah hasil terjadinya persaingan yang terdapat dalam sistem internasional (hubungan-hubungan antarnegara-bangsa) yang dilandasi oleh konsep: ego-centrisme atau aspirasi untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatan serta kedudukan negara dalam hubungannya dengan negara lain yang berasal dari perkembangan sistem negara-negara kebangsaan itu sendiri.
   Disamping itu kita juga masih bisa melihat sisi perbedaan analisisnya antara dua kategori besar dengan berdasarkan kepada sasaran (tujuan) yakni:
1.Balancing objective conflict (konflik dengan sasaran keseimbangan)
2.Hegemonic objective conflict (konflik dengan sasaran hegemonik)
      Konflik dengan sasaran keseimbangan bertujuan untuk mencapai kondisi (keadaan) seimbang mengenai suatu masalah yang dipertentangkan sementara untuk menjelaskan sasaran konflik yang hegemonik, adalah yang bertujuan untuk mendominasi keadaan (situasi) dengan cara mencari atau pemulihan keadaan (restoration) terhadap terganggunya suatu keseimbangan dalam konflik hubungan antar Negara-negara. Para pelaku konflik lebih cenderung tidak menunjukan perhatian (konsentrasi) kepada adanya satu sasaran dan berupaya untuk mencapai keunggulan sebanyak mungkin[2].
Adalah konflik dengan sasaran hegemonic yang mirip dengan perjuangan untuk memperoleh kekuasaan  (struggle for power) sebagai konsekuensi atas konsep pertimbangan kekuatan (balancing of power). Konflik yang terjadi antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah konflik dengan konsep Balancing Objective Conflict (konflik dengan sasaran keseimbangan) dimana dalam konflik ini kedua Negara ini saling mengganggu stabilitas keamanan diantara kedua Negara tersebut dengan meningkatkan kekuatan persenjatan kedua Negara. Konsep Hegemonik juga turut ambil bagian dari konflik tersebut tetapi konflik ini lebih fokus pada konflik dengan sasaran keseimbangan.  Alasan mengapa konflik Korea termasuk konflik dengan sasaran Hegemonik karena adanya kepentingan-kepentingan ideologi yang ingin saling menguasai. Korea utara dikuasai ideologi komunis (Uni Soviet) dan Korea selatan dikuasai ideology  Liberal (Amerika Serikat).

2.2 Sejarah Konflik Korea Selatan dan Korea Utara
            Perang antar dua Korea pernah terjadi dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
            Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat Tiongkok, menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisional di bawah bendera PBB daripada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan kongres mengumumkan perang.

·         25 Juni 1950 - artileri telah diluncurkan, tank-tank dan pasukan infanteri Tentara Korea Utara mulai menyerang Korea Selatan, sebuah kawasan di selatannya berseberangan haluan secara politik, yang hanya dipisahkan garis imajiner 38˚.

·         4 Januari 1951 - Tentara Korea Utara yang dibantu Cina berhasil menguasai Seoul.

·         27 Juli 1953 - Amerika Serikat, RRC, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan saat itu, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.

·         60 tahun kemudian..

·         26 Maret 2010-Tenggelamnya kapal Cheonan milik Korea selatan mengindikasikan adanya keterlibatan Korea utara dalam peristiwa ini. Eskalasi konflik kedua Negara kembali meningkat, ketika Amerika serikat mengumumkkan sanksi baru terhadap Korea utara terhadap peristiwa ini. Menanggapi hal ini, Korea utara memberikan tawaran kepada Korea selatan, termasuk reunifikasi keluarga dan penerimaan bantuan banjir.

·         24 November 2010 - Korea utara melakukan serangan artileri ke pulau Yeonpyeong yang menjadi markas militer Korsel.

·         Sejak perang 1950-1953, Korea Utara dan Korea Selatan tak pernah mengalami perang terbuka dan total, hanya ada serangkaian perang terbatas. Meskipun kedua negara memiliki dukungan negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet (Rusia), tetap saja tak pernah terjadi perang berskala dan intensitas besar maupun massif. Banyak pengamat yang mengatakan bahwa perang kedua negara bersaudara ini adalah perang Proxy, atau perang yang tak melibatkan kekuatan utama yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

·         Perang tahun 1950-1953 berakhir dengan tanpa kemenangan, kecuali angka korban jiwa yang signifikan di kedua belah pihak. Ketika itu, politik global masih bi-polar, Amerika Serikat dan Uni Soviet, perang masih dalam tataran perang militer, kemajuan tekonologi dan peradaban dunia tak sepesat sekarang. Ketika beragam permasalahan bilateral kedua negara bersaudara ini makin kerap terjadi, bisa saja pihak yang merasa terdzalimi, akan melakukan perlawanan. Siapa yang menzalimi dan terdzalimi tentu subyektif bagi kedua negara. Hal sekecil apapun bisa saja menjadi pemicu perang.

 
2.3 Sebab-Sebab Terjadinya konflik Korea selatan dan Korea Utara

  •    Sebab-sebab Umum


a.      Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
   Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang Dingin, yakni pertentangan antara Blok Barat dibawah komandan Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak Korea Selatan yang berada dibawah pengaruh Amerika Serikat mengembangkan paham liberal-kapitalis, sedangkan Korea Utara dibawah pengaruh Uni Soviet mengembangkan paham sosialis-komunis.
b.      Pembagian wilayah korea menjadi dua bagian
   Setelah Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang menyerah pada tanggal 10 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan menerima tawanan-tawanan perang Jepang yang berada didaerah Korea. Keputusan ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945, yaitu membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas wilayah 38º Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat dibawah pimpinan Letnal Jenderal  John R. Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º Lintang Utara, menyerah kepada Uni Soviet dibawah pimpinan kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov.
   Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan garis tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan garis tersebut hanya merupakan batas wilayah untuk menerima tawanan-tawanan Jepang pasca Perang Pasifik. Namun, pada akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis demarkasi antara pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet. Dengan demikian, pembagian wilayah Korea enjadi dua bagian ini menjadi suatu garis pertikaian antara dua kekuatan. Dilain pihak, secara tidak langsung hal ini mengahalangi cita-cita bangsa Korea untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu

c.    Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet tentang           pembentukan Korea Utara.
      Pada bulan Desember 1945 diadakan konferensi para menteri luar negeri di Moskow, konferensi ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam. Dalam konferensi tersebut memperoleh atau menghasilkan kesepakatan antara Amerka Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang menyatakan akan membentuk pemerintahan Korea yang demokratis. Pemerintahan ini merupakan pemerintahan perwakilan Internasional yang akan berlangsung selama lima tahun, dimana dalam pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan Amerika Serikat maupun Uni Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
      Pelaksanaan pemerintahan perwakilan Internasional ternyata tidak dapat diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Masalah korea kemudian dibawa ke sidang sidang umum PBB. Pada tanggal 14 November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk membentuk komisi yang disebut “United Nations Temporary Commission on Korea” (komisi Sementara PBB untuk Korea). Dari hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat-lambatnya pada tanggal 13 Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil rakyat Korea. Tugas dari komisi Sementara PBB untuk korea antara lain:
1.    Mengadakan pengawasan keberlangsungan pemilihan umum
2.    Mengadakan pembicaraan dengan para wakil rakyat hasil pemilihan umum untuk merundingkan umum untuk merundingkan masalah kemerdekaan Korea.

Kemudian setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian mengajukan rencana antara lain:
1.      Membentuk dewan Nasional
2.      Mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.
      Sesudah pemerintahan Korea terbentuk maka tentara pendudukan akan ditarik mundur. Korea Selatan dan Amerika Serikat dapat menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya merupakan siasat dari Amerika Serikat sendiri yang mendominasi dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolak hal tersebut dan mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan ditarik mundur terlebih dahulu, dan baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea merdeka. Dengan demikian, Korea menjadi ajang pencaturan politik dan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Selanjutnya masing-masing pihak akhirnya membentuk pemerintahan baru di Korea, yaitu:

1.      Pada tanggal 15 Agustus 1948 Amerika Serikat membentuk Republik Korea
      (Korea Selatan) beribu kota di Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertama.

2.      Pada tanggal 9 September 1948 Uni Soviet membentuk Republik Demokrasi Rakyat   Korea 
 (Korea Utara) beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II sung sebagai Presiden pertamanya (Agung Leo S, 2012:134)


  • Sebab-sebab Khusus


      Pada bulan desember 1948, sidang umum PBB mengesahkan laporan tentang hasil-hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan terbentuknya komisi baru Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea),tugas dari komisi ini antara lain:
1)   Mengambil alih komisi sementara PBB di Korea
2)   Mencoba mengadakan penyatuan Korea
3)   Mengadakan penyelidikan penarikan pasukan pendudukan di Korea.
      Dengan adanya keputusan tersebut, Korea Utara semakin membenci Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan demikian, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya dan mendapatkan wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau peperangan.

2.4 Dampak Konflik Korea Selatan dan Korea Utara

Ø  Dampak Terhadap kedua Negara :

·         Dampak Ekonomi
      Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara. Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan.
      Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan
ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.

·         Dampak Politik
      Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.

·         Dampak Militer dan Keamanan
      Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik, terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.[3]


Ø  Dinamika Konflik Terhadap Kawasan Asia Timur

            Posisi negara-negara di kawasan Asia Timur dalam konteks hubungan internasional amat berpengaruh besar. Pada dasarnya, hubungan internasional di Asia Timur cukup banyak dihampiri oleh berbagai macam konflik yang mayoritas dilatarbelakangi oleh kepentingan-kepentingan di antara negara-negara tersebut.
Contoh konflik yang terjadi di Asia Timur salah satunya adalah Korea utara dan Korea selatan.
Sumber ketegangan di kawasan Asia Timur terutama disebabkan oleh hubungan yang kurang harmonis antara Jepang di satu pihak dan China serta kedua Korea di pihak lain. Hubungan kurang harmonis ini merupakan sisa-sisa Perang Dunia 2 berupa emosi dan kecurigaan pihak China serta kedua Korea terhadap Jepang di pihak lain.
Sebelumnya Korea adalah wilayah kekuasaan China karena letak geografisnya yang dekat dengan China. Pada saat-saat China tidak cukup kuat untuk melindungi otonom Korea, maka bangsa lain, biasanya Jepang, akan mencoba untuk menginjakkan kakinya di semenanjung Korea. Sejak abad pertama sebelum Masehi, status internasional Korea pada umumnya ditentukan oleh keunggulan China ataupun persaingan antara China dan Jepang.
            Pada perkembangan abad selanjutnya Korea dikuasai oleh China sampai ke abad kesembilan belas runtuhnya kekuasaan Cina. Jepang menyerang Korea dan menduduki Korea. Jepang berhasil memenangkan tuntutannya sebagai akibat kemenangan Jepang dalam peperangan China-Jepang pada tahun 1894-1895. Selanjutnya Jepang mendapatkan saingan baru dalam mengawasi Korea yaitu Uni Soviet yang mempunyai kepentingan juga di Korea dari tahun 1896. Persaingan antara Jepang dan Uni Soviet mendominasi Korea berakhir dengan dikalahkannya Uni Soviet dalam perang Uni Soviet-Jepang pada tahun 1904 sampai 1905. Dominasi Jepang atas Korea yang dengan kokohnya terlaksana itu harus terhenti dengan kalahnya Jepang pada Perang Dunia II. Pada akhir Perang Dunia II, dengan China dan Jepang terlampau lemah untuk melaksanakan fungsi historis mereka mengenai Korea, maka Amerika Serikat dan Uni Soviet mengambil alih fungsi mengawasi dan melindungi Korea. Amerika Serikat, sesungguhnya mengambil alih tempat Jepang dan Uni Soviet mengambil alih tempat China, dan keduanya tidak dapat menyetujui negara lainnya untuk menguasai seluruh Korea. Di pihak Jepang, keterlindungan wilayahnya adalah hal yang vital bagi Amerika Serikat, dan dipihak lain China mendapatkan dukungan dari Rusia.
            Dengan demikian, pembagian Korea ke dalam wilayah Amerika dan Rusia pada akhir Perang Dunia II merupakan ekspresi kepentingan-kepentingan dari kedua negara yang bersangkutan dan dari kekuatan yang mereka miliki, karena pada waktu itu tidak ada yang berada dalam posisi berani mengambil resiko konflik besar untuk menguasai seluruh Korea.
            Pokok persoalan dari pengawasan seluruh Korea ini dimulai ketika Korea Selatan diserang oleh Korea Utara yang didukung Uni Soviet. Amerika Serikat mendukung mati-matian Korea Selatan dengan adanya kepentingannya dalam keamanan Jepang dan seluruh stabilitas Timur Jauh. Dengan kepentingan tersebut negara-negara lain dan mendapatkan dukungan kuat dari Kanada dan Inggris Raya, dukungan-dukungan tersebut dapat dijelaskan karena kepentingan yang sama atau karena ketergantungan khusus mereka atas jasa baik Amerika Serikat. Walaupun dukungan tersebut tidak terlalu besar.
            Perang Korea tidak menempatkan keamanan bersama dalam percobaan-percobaan tindakannya selama ini. karena kepentingan-kepentingan negara besar yang terlibat didalamnya membatasi perang hingga semenanjung Korea. China menghalangi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk masuk ke Korea Utara dan sebaliknya Amerika Serikat menghalangi masuknya Korea Utara ke Korea Selatan. Keamanan bersama memerlukan tidak hanya penghentian agresi yang bersifat sementara waktu tetapi berlangsungnya keamanan di masa yang akan datang, suatu tujuan yang akan dicapai jika dengan kekalahan China dalam, perang mati-matian. Demikian juga, pemulihan pengawasan tradisional China atas semenanjung Korea memerlukan kalahnya Amerika Serikat dalam perang mati-matian. Amerika Serikat maupun China tidak mau memikul beban dan resiko yang dituntut dalam kegiatan demikian itu. Demikianlah kedua negara tersebut sudah puas dengan berlanjutnya untuk sementara waktu pembagian daerah tersebut, betapa pun gawat dan tidak stabilnya Korea dalam dua lingkungan pengaruh, yang mencerminkan perimbangan kekuasaan di Timur Jauh.

2.5 Upaya Penyelesaian Konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara

      China akhirnya menyerukan dimulainya kembali perundingan enam pihak (Six-party talks). Upaya itu untuk mencegah agar Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) terpicu kembali untuk menggelar perang saudara secara frontal, seperti 1950-53.  Menurut stasiun televisi CNN, seruan China itu muncul setelah sejumlah negara mengkritik Beijing yang kurang serius menanggapi buruknya ketegangan di Semenanjung Korea pasca serangan artileri ke Pulau Yeonpyeong. Belum ada kesediaan resmi dari kedua Korea atas seruan itu.
Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain menilai China sebetulnya punya pengaruh besar untuk ikut mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang erat dengan kedua pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat Korea Utara. Status itu tidak dimiliki banyak negara, termasuk Amerika Serikat.
      Ajakan perundingan ini disampaikan juru bicara pemerintah China, Wu Dawei, di Beijing, Minggu  28 November 2010.  Dimulai secara berkala sejak Agustus 2003, forum itu melibatkan Korea Utara, Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, China, dan Rusia, untuk membahas cara mengatasi konflik dan ancaman senjata nuklir di Semenanjung Korea. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, forum itu terhenti karena meningkatnya lagi ketegangan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
      Pada 2009, Korea Utara secara sepihak menghentikan dialog itu setelah diganjar sanksi PBB setelah melakukan ujicoba rudal. Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya khawatir Korea Utara gencar membuat senjata nuklir sehingga harus diberi sanksi, termasuk perdagangan.
      Wu menyatakan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Semenanjung Korea membuat masyarakat internasional, khususnya anggota six-party talks, prihatin. Inilah alasan dasar China mengajak keenam negara; Korea Selatan, Korea Utara, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, untuk kembali melanjutkan perundingan itu.
      Dari pihak China, setelah melakukan pertimbangan yang hati-hati, mengajak melakukan pertemuan darurat di antara para pemimpin delegasi six-party talks pada awal Desember nanti di Beijing untuk bertukar pandangan mengenai masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Six-party talks memiliki peranan yang penting dalam memperkuat komunikasi di antara banyak pihak, meningkatkan denuklirisasi di semenanjung Korea dan menjaga perdamaian dan stabilitas di semenanjung dan Asia Tenggara.
      Namun, belum ada kesediaan dari Korea Utara dan Korea Selatan atas ajakan China itu. Bahkan Presiden Korsel, Lee Myung-bak, mengatakan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memulai kembali perundingan tersebut.
      Sumber dari pemerintah Korea Selatan yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa perundingan ini tidak akan menyelesaikan masalah. “Six-party talk tidak akan bisa menggantikan agresi yang dilakukan oleh Korea Utara. Tindakan nyata perlu dilakukan oleh Korea Utara untuk menunjukkan perubahan kelakuan.”
      Sementara itu, senator Amerika Serikat dari negara bagian Arizona, John McCain, mengatakan bahwa perundingan ini memang jalan yang baik. Namun Korea Utara tidak akan berhenti berulah sampai diberikan hukuman yang berat. China, ujarnya, dapat saja menghentikan Korea Utara, namun mereka tidak melakukannya. China tidak bertindak seperti negara kekuatan besar dunia yang bertanggung jawab. Mereka bisa saja menurunkan ekonomi Korea Utara hingga sedengkul jika mereka mau.
      Adapun sanksi yang diberikan kepada Korea Utara bukan berasa dari Amerika Serikat tetapi dari PBB. Resolusi PBB merefleksikan konsensus dari dunia internasional, bahwa tindakan Korea Utara melanggar kewajibannya dan mengancam keamanan internasional. Ini adalah inti yang menyebabkan sanksi itu dikeluarkan. Dengan tambahan Amerika Serikat juga memberikan sanksi lain untuk Korea Utara. Sanksi yang diberikan kepada Korea Utara, ditujukan agar negara itu dapat menghormati kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya.
      Bila Korea Utara dapat mengikuti apa yang telah disepakati dalam Six Party Talks, Semenanjung Korea akan bersih dari nuklir dan tentunya dapat menuju ke normalisasi hubungan kedua Korea. Selain itu,Opsi yang ditawarkan Korea selatan yang bernama Korean Peninsula Trust Proses dimana Korea selatan bersedia memberikan bantuan kemanusiaan kepada Korea utara jika ia bersedia untuk menekan ambisinya dalam proliferasi nuklir. Korsel bahkan menawarkan lebih yaitu dengan membantu pembangunan infrastruktur. Dengan penyelesaian bilateral ini,maka diharapkan Korea selatan dan Korea utata dapat membangun kepercayaannya masing-masing tanpa melibatkan intervensi kepentingan eksternal.
      Selain itu, dengan pemberian bantuan ekonomi dan Economic Assistance dalam pembangunan, diharapkan Korea utara mampu untuk membangun perekonomiannya sendiri dan mereduksi bantuan asing yang selama ini menjadi sumber utama perekonomian Korea utara. Sesuai dengan perspektif liberalis yang menyatakan bahwa demokrasi dan free trade mampu mereduksi keinginan untuk berkonflik atau berperang, karena dengan free trade, Negara cenderung memilih untuk berkompetisi dalam pasar dan meningkatkan kapabilitas ekonominya dari pada militernya. Hal ini dapat mendorong pencabutan sanksi juga. Semua ini dapat dilakukan, tetapi membutuhkan waktu lama dan perubahan sikap Korea utara.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

       Perang Korea disebabkan oleh adanya persaingan ideologi antara AS dan Uni Soviet, pembagian wilayah menjadi dua bagian, dan tidak adanya kesepakatan antara AS dan Uni Soviet tentang pembentukan Korea Utara. Sebab khususnya adalah adanya yang mengesahkan laporan pemilihan di Korea Selatan. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Perang Korea berlangsung antara tanggal 25 Juni 1950—27 Juli 1953. Perang tersebut bukan sekedar perang antara Korea Utara dan Korea Selatan. Tetapi di balik Korea Utara ada Uni Soviet dan RRC, sedangkan di balik Korea Selatan ada Amerika Serikat dan sekutu-sekutu PBB-nya. Korea Utara sempat menguasai Seoul dan wilayah-wilayah Korea Selatan, namun Korea Selatan sempat bangkit dan unggul. Pada akhirnya Korea Utara berhasil memukul mundur pasukan PBB ke Selatan. Namun pada perang ini tidak ada pihak yang menang atau kalah, kedua negara sama-sama mengalami kerugian dan menewaskan banyak korban.
      Perang Korea tidak menempatkan keamanan bersama dalam percobaan-percobaan tindakannya selama ini. karena kepentingan-kepentingan negara besar yang terlibat didalamnya membatasi perang hingga semenanjung Korea. Dan pembagian wilayah Korea merupakan ekspresi kepentingan-kepentingan dari kedua negara yang bersangkutan dan dari kekuatan yang mereka miliki. Hal ini terlihat saat China dan Jepang lemah saat akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat dan Uni Soviet mengambil alih fungsi sebagai pengawas dan pelindung Korea.
     


DAFTAR PUSTAKA

Sitepu,P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schouten, Peer. Ed. 2012. Theory Talks. Terj. Bambang wahyu nugroho. Jakarta: LP3M UMY
Morgentahau,Hans J. 2010. Politik Antar Bangsa. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

http://warofweekly.blogspot.com/2010/11/perang-korea-dan-dampaknya.html

www. Sejarah Perang Korea.htm

http://www.kaskus.co.id/thread/515e4d7820d7193a1e000008/kronologi-konflik-korea-selatan-dan-korea-utara

http://vinandhika-p--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-47698-MBP%20Asia%20Timur-Hubungan%20Internasional%20di%20Asia%20Timur.html

http://www.academia.edu/3743253/Diplomasi_konflik_Semenanjung_Korea#
Bajora, J. (2013). The Six-Party Talks on North Korea’s Nuclear Program.

http://www.cfr.org/proliferation/six-party-talks-north-koreas-nuclear-program/p13593 diakses pada27 April 2013

Six Party Talks. http://www.slideshare.net/jdobinsky/six-party-talks diakses pada 27April 2013.



[1] P. Anthonius Sitepu, Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2011) hlm 336-337. 
[2] P. Anthonius Sitepu, Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu,2011) hlm 338-340
[3] http://warofweekly.blogspot.com/2010/11/perang-korea-dan-dampaknya.html di akses pada 07 April 2014.